RUANG NOSTALGIA

Posted by Unknown Monday, May 19, 2014 0 komentar
“Luka saya sangat sederhana. Saya hanya terluka karena kamu pergi; itu saja.” - (fa)

Pulang dari sampang, di dalam bis saya teringat foto kamu dengan dia, entah kenapa. Padahal telah lama hari itu terlewati. Dan saya pun telah lama memutuskan berhenti menjadikannya bagian dari “daftar hal yang perlu diingat”.

Dulu, foto itu berhasil membuat saya begitu sedih. Bukan, bukan karena dia ada di dalam foto itu, tapi karena kamu yang berdiri lekat di sisinya. Padahal, saat itu saya adalah perempuan yang begitu perlu dipeluk. Alih-alih menemani saya, kamu justru pergi bersamanya.

Bukan, bukan karena kamu pergi bersamanya saya sedih. Bersama siapa pun itu tak jadi masalah, saya tak peduli—karena saya percaya penuh padamu. Bahwa kamu bukanlah pria yang pandai berpindah dari satu pijakan hati, ke hati lainnya dengan begitu mudah. Bahwa kamu adalah pria yang bisa saya andalkan. Ya, saya menghargaimu dengan begitu besar, saat itu.


Hal yang paling sedih adalah ketika... kamu pergi; itu saja.

Karena seharusnya, saat itu kamu bisa memilih tinggal dan menjadi tak perlu kehilangan saya di hari ini.
Hati saya berkali-kali bilang; saya selalu berusaha ada untukmu. Seberapa pun berat hari yang harus saya lalui, seberapa pun saya harus membagi perhatian atas mengurus ibu saya yang tengah sakit—dan mencoba memahamimu. Karena mungkin saya memang tengah sangat menyayangimu.
Di luar hujan dan ada air terjun di kaca jendela bus. Pendingin di dalam bus ini bahkan mampu membuat buku-buku jari saya membiru. Saya harap kamu selalu hangat terjaga di sana, hingga tak perlu membuat sedih siapa pun yang tengah menyayangimu di sini.


Saya menemukan catatan itu di mini diary ponsel saya—ketika saya bahkan telah lupa pernah menulisnya. Kenyataannya, saya memang benar-benar pernah menulisnya di suatu hari di masa lalu. Untuk seseorang yang pernah saya sayangi—dan pernah saya paksakan untuk tidak lagi saya sayangi lebih dari rasa sayang kepada seorang teman. Saya pernah menangisinya, karena memaksakan diri saya untuk berhenti menyapanya dalam kurun waktu yang ketika itu tidak bisa saya pastikan sampai kapan. Mungkin karena saya merasa begitu marah. Bukan, bukan padanya. Saya begitu marah pada diri saya sendiri saat itu.
Perempuan ini, hanya tengah menghukum dirinya sendiri. 

Saya selalu saja patah hati dengan cara saya sendiri. Saya memang tidak pernah mampu merengek atau mengumpat, atau bahkan berlagak membenci orang yang tengah saya sayangi. Saya pun tidak akan pernah membiarkan diri saya tampak begitu lemah dan kasihan. Hey, hidup saya sudah kurang kasihan apa lagi saat itu—saya tidak akan membiarkan siapa pun semakin kasihan, mendekati saya karena kasihan, atau bahkan mencintai saya karena kasihan. Saya sudah cukup menghasihani diri saya sendiri, dan saya tidak membutuhkan perasaan itu datang dari manusia lain. Harga diri dan gengsi saya yang begitu tinggi, membuat saya lebih suka diam dan bersabar.

Saya berusaha memberi diri saya sendiri waktu untuk sembuh, dibanding saya harus meluap-luapkan perasaan saya tak keruan di social media, atau bahkan di telinga sahabat saya sendiri. Saya masih punya Tuhan, dan saya tahu Dia sanggup menerima keluhan apa pun dari saya, setidaknya 5 waktu dalam sehari. Persoalan saya saat itu hanyalah; saya terlalu menyayanginya, dan saya hanya harus berhenti ‘terlalu’ menyayanginya. Walau kenyataannya hal itu bukanlah sekedar sebuah ‘hanya’.

Dan kecewa padanya, bukan berarti lantas saya harus menghapusnya dari hidup saya. Saya tidak se-kanak-kanakan itu. Tidak ada manusia yang dengan kesalahannya pantas untuk dihapus dari hidup seseorang. Itu namanya, lari dari kenyataan. Saya hanya harus; mengubah porsi rasa sayang saya padanya. Dari kadar ‘sangat’ menjadi kadar ‘cukup’. Dan jelas saja itu bukanlah hal yang sederhana. Hidup saya saat itu sangat melelahkan. Saya menangis dua kali lipat. Ah, banyak sekali hal yang saya tangisi saat itu. Masalah keluarga, masalah pekerjaan, masalah perasaan. And no one who cares, karena memang saya tidak mengijinkan siapa pun untuk peduli pada saya. Saya hanya terlalu marah pada diri saya sendiri. 

Sangat. Amat. Marah. 

Saya bahkan tertawa detik ini. Lucu sekali saya saat itu. :))
***
Saya bukanlah tipikal perempuan pembenci, tapi saya adalah perempuan yang tidak bisa lupa bila pernah dilupakanatau diabaikan oleh seseorang. Saya merasa bodoh dan sangat tolol. Saya pun merasa sangat bersalah pada ibu saya. Karena saat itu, seharusnya saya tidak perlu menyayangi siapa pun, dan membuat perhatian saya padanya terpecah belah. Padahal itu adalah detik-detik terakhir kebersamaan kami, dan itu akan menjadi penyesalan seumur hidup bagi saya. Karena setiap kali mengingatnya, saya bahkan tidak bisa memaafkan diri saya sendiri. Sampai detik ini, rasanya bahkan masih sama pedih. Saya punya begitu banyak rasa bersalah kepada ibu saya. Saya bukanlah anak perempuan yang baik untuknya. 

Karena saya hanyalah perempuan yang ceroboh, tolol dan sok tegar.
Ceroboh, tolol dan sok tegar.
Itulah saya.
***

Faith. You can’t touch it or buy it or wrap it up tight, but it’s there just the same, making things turn out right. –Rufus (The Rescuers)

Tapi hey, segalanya saat ini hanyalah berlabel kemarin. Tanpa embel-embel kecewa atau sakit hati. Segalanya hanyalah kemarin dan mengingatnya tidak lagi sesakit dahulu. Saya menyadari betul bahwa segala hal yang terjadi adalah tanggung jawab saya sepenuhnya. Kalau pun ada yang harus saya salahkan, itu adalah diri saya sendiri. Kalau saya sempat merasa kesal, marah atau sakit hati, itu adalah bagian Allah untuk dapat memperhitungkannya dengan keadilan-Nya sendiri. Membalas, atau hitung menghitung bukanlah kapasitas saya. 

Saya hanya tahu, segala yang terjadi pasti memberi begitu banyak pelajaran. Entah bagian yang bahagia, entah bagian yang menyakitkannya. Entah yang pergi meninggalkan, entah yang memilih berhenti menyayangi. Entah yang dilukai, entah yang tak sengaja melukai. Saya rasa, tidak ada manusia yang begitu saja sengaja melukai perasaan orang lain. Terkadang, kita melakukan hal-hal yang ada di luar kendali kita. Karena memang kita tidak bisa mengendalikan bagaimana hati seseorang akan merasa atas apa yang kita lakukan padanya. Saya mungkin sudah begitu banyak menyakiti perasaan pria lain dengan tingkah saya yang rumit dan gengsian. Saya pun mungkin sudah begitu banyak menyakiti perasaan pria lain dengan memilih diam dan pergi—tanpa berdaya meminta penjelasan padanya. Atau sekedar melontarkan pertanyaan seperti;

Kenapa kamu melakukan itu?
Kenapa kamu meninggalkan saya saat itu?
Atau kenapa kamu, harus membuat saya menyayangimu- lalu pergi?

Saya adalah perempuan yang merasa, bahwa pria seharusnya menyadari diri, bahwa mereka perlu memberi penjelasan tanpa harus membuat perempuan merengek. 

Walau pun seharusnya. Segala pertanyaan itu tetap harus saya ajukan, agar saya tidak lantas mereka-reka sendiri jawabannya. Jawaban yang tentu saja belum tentu benar. Saya hanya berpikir, saya tidak lah pantas membebani mereka dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Karena apa pun jawaban yang mereka lontarkan, pada kenyataannyasaya-lah yang sudah terlalu lelah untuk mendengarnya. 

Mungkin bagian menyakitkan lain hanyalah ketika saya sudah berusaha mencoba menyayangi dan memahaminya di tengah keterbatasan saya saat itu, tapi saya tetap dianggap tidaklah cukup berusaha. *tersenyum kecut* memikirkan ini, selalu membuat perasaan saya muram. Seandainya saja, seandainya saja saya bisa menggambarkan seberapa hancur perasaan saya saat harus jadi seorang Fa di detik itu. Saya, saya  hanyalah tidak pernah punya kemampuan untuk menunjukkan luka saya sendiri. Saya takut Tuhan berpikir, saya tidak cukup bersyukur atas apa yang saya miliki saat itu, dan Dia pun mengambil kebahagiaan-kebahagiaan lain yang tersisa yang masih saya miliki.

Saya baik-baik saja, ini hanya luka kecil dibanding segala yang sampai saat ini masih terjadi dalam hidup saya.
Lagi pula, hidup siapa yang bisa lepas dari rasa takut kehilangan dan kecewa? Kita pasti akan pergi, atau siapa pun yang ada dalam hidup kita pun suatu hari akan pergi.
Saya hanya tahu, bahwa segala yang harus pergi hanyalah untuk memberi ruang bagi kedatangan yang lebih baik. 

Tidak apa-apa. Saya saat ini sehat dan sedang bahagia dengan hidup yang saya jalani. Dengan hati-hati yang mengelilingi saya, walau pun saya belum siap untuk menyayangi seseorang, sebanyak saya menyayangi kamu dulu. :)

Terimakasih untuk kamu, suatu hari di masa lalu saya.


-FROM FALAFU-

Baca Selengkapnya ....

I FEEL SORRY FOR YOU

Posted by Unknown 0 komentar

Ada orang-orang yang entah kenapa merasa bahagia saat berhasil membuat hatimu patah. Ada orang-orang yang entah kenapa merasa bahagia saat berhasil membuat hidupmu jadi sulit. Ada orang-orang yang entah kenapa merasa bahagia saat berhasil membuat kepercayaanmu hilang. Ada orang-orang yang entah kenapa merasa bahagia saat berhasil membuat senyummu pergi.

Ada orang-orang yang merasa kuat, karena mereka mampu lebih dulu melupakan segala hal baik yang pernah kalian bagi bersama. Ada orang-orang yang merasa keren, karena mereka mampu lebih dulu menemukan seseorang lain yang lalu mereka sebut ‘lebih baik’ dari dirimu. Ada orang-orang yang merasa luar biasa, karena mampu lebih dulu berpura-pura lebih bahagia.

Percayalah, tak akan ada kebahagiaan yang mampu bertahan lama, bila kebahagiaan itu kamu dapat dari mencuri senyum milik orang lain.
Percayalah, tak akan ada hubungan yang mampu bertahan lama, bila sayang itu kamu dapat dari mengingkari kepercayaan milik orang lain.
Percayalah, tak akan ada kebaikan yang mampu bertahan lama, bila kebaikan itu datang dari keburukan yang ditutup-tutupi.
Percayalah, tak akan ada kesedihan yang mampu bertahan lama, bila kesedihan itu datang dari orang-orang yang memang tak pantas berada dalam hidupmu.

Kalau kamu pernah merasa hebat, setelah berhasil menjatuhkan dan mematahkan hati orang lain. I FEEL SORRY FOR YOU.

Tidak ada hidup yang semakin MUDAH.
Yang harusnya ada adalah kamu yang semakin KUAT.

Baca Selengkapnya ....

A LITTLE BIT MORE

Posted by Unknown Friday, May 16, 2014 0 komentar




Cinta yang baik, mereka tak akan membuatmu takut kehilangan, karena dia yang mencintaimu tak akan pernah berhenti menjagamu dari kehilangannya.

Mereka tak akan membuatmu cemas mengharap, karena dia yang mencintaimu, tak akan pernah membiarkanmu terlalu lama dalam ketidak-pastian.

Cinta yang baik, mereka tak akan membuatmu sedih menangis, karena dia yang mencintaimu, tak akan pernah membiarkan dirinya menjadi alasan ketidak-bahagiaanmu.

Mereka tak akan membuatmu kehilangan dirimu sendiri, karena dia yang mencintaimu tak akan memintamu melakukan hal-hal yang tidak kamu suka.

Cinta yang baik, mereka tak akan membuatmu jauh dari sang pencipta, karena dia yang mencintaimu tak akan pernah lupa mengarahkanmu kembali ke jalan-Nya.

Mereka tak akan membuatmu tergesa-gesa, karena dia yang mencintaimu tak akan pernah membuatmu benci pada waktu, sekali pun kamu tengah menunggunya.


Cinta yang baik, mereka tak akan membuatmu berkorban, karena dia yang dicintaimu tak akan pernah membiarkanmu memberi seorang diri.


Itu karena ia mengerti bahwa cinta, tak pernah layak untuk meminta.

Ketika seperti apa pun rupamu, di matanya kamu adalah yang paling indah
Ketika seperti apa pun isi hidupmu, di hatinya kamu adalah harta yang terlalu berharga
Ketika seperti apa pun kelemahanmu, baginya kamu adalah pelengkap hidupnya

Maka jangan biarkan dirimu, tidak dicintai dengan baik, hanya karena kamu terlanjur mencintainya dengan baik Temukan ia yang setia, memelukmu hingga kehabisan usia.

Hey,
Cinta yang baik, adalah hanya ketika kamu dicintai kembali

Dan jangan mencari sempurna, karena mereka yang sempuran di matamu belum tentu bisa sempurna melengkapi kelemahan dirimu, seutuhnya

Tulisan ini untuk kamu, yang bola matanya adalah tempat paling romantis dalam ingatanku. Di mana di sanalah, sepasang matahari paling teduh tinggal

Selamat menemukan cinta yg baik
Selamat dijatuhi cinta yang baik

Karena ini adalah doa

Walau pun aku tahu cinta itu bukan aku
Itu kenapa aku akan berhenti
Berhenti mencintaimu dengan bahagia

Terima kasih atas segala ingatan baik
Atas segala harapan-harapan yg belum sempat jadi kenyataan
Atas gelak tawamu yg merdu
Atas cerita-cerita lucumu yang tak terlupakan

Atas segala kesempatan untuk dapat pernah memimpikan kita

Semoga kelak, kamu menemukan padanya, apa yang tidak kamu temukan pada diriku.

Tuhan memelukmu

Tuhan memeluk kita 

Aku menulis ini, ketika kemarin masih mencintaimu.

*from falafu :)

Baca Selengkapnya ....

DIBUTUHKAN & MEMBUTUHKAN

Posted by Unknown 0 komentar


Mungkin cinta adalah ketika setiap kali kamu mencoba membencinya; kamu justru lebih membenci dirimu sendiri.
(fa)

Saya pernah sangat takut kehilangan seseorang, begitu takut hingga saya mulai kehilangan diri sendiri. Saat itu saya lupa, bahwa seseorang yang pantas saya sayangi, seharusnya adalah dia yang bersedia menjadi orang pertama, yang mampu menjaga saya dari kehilangannya.
Ketika kamu disayanginya, maka kehilangan adalah hal yang senantiasa kamu pikirkan, namun tentu saja itu seharusnya bukan jadi sesuatu yang membuatmu takut menatap hari esok. Karena kamu tahu, bahwa di atas segala kemungkinan yang bisa terjadi, yang mampu membuatmu kehilangannya; dia akan selalu berusaha dua kali lipat lebih besar untuk bisa tetap ada bersamamu.

Hidup itu adalah untaian kekhawatiran, tanpa mereka, bagaimana seseorang mampu bertahan sampai akhir? Ketika kita menyayangi seseorang, tentu saja akan selalu ada kekhawatirankehilangannya. Kenapa kita takut kehilangannya? Karena kita ingin memiliki masa depan bersamanya mungkin, masih ingin ini dan masih ingin itu.
Seperti pertanyaan yang dilemparkan Sia Furler di akun twitternya beberapa waktu lalu;

What do you do when you no longer need anything?

Hati saya bilang; saya pasti habis—saat saya sudah tidak memerlukan apa-apa dalam hidup ini.
Lalu hati saya kembali bilang; mungkin itulah yang dipikirkan mereka yang memilih bunuh diri, sebelum mereka menembakkan pistol ke kepala mereka.

Lalu saya kembali mengingatkan diri saya sendiri; makanya Fa, jangan ngeluh kalo masih ngerasa apa yang lo dapetin belum cukup. Karena berarti, saat itu Tuhan masih kasih alasan ke kita untuk hidup.

Apa kamu ada yang pernah menonton film Shawshank Redemption, itu salah satu film terbaik sepanjang masa menurut saya. Bercerita tentang kehidupan orang-orang yang harus mendekam dipenjara selama puluhan tahun.

Ada seroang tokoh yang sampai saat ini masih saya ingat, tokoh itu bernama Brooks Hatlen. Seorang kakek tua yang kalau saya tidak salah harus mendekam seumur hidup di penjara, dan akhirnya dilepaskan saat usianya sudah sangat tua. Sehari sebelum pembebasannya, dia bahkan berniat untuk melukai teman sepenjaranya sendiri, agar dia punya alasan untuk tidak keluar dari penjara. Lucu bukan? Ketika mungkin napi yang lain menunggu hari pembebasannya, Brooks justru sangat takut untuk pergi keluar dari tempat yang sudah menyita setengah dari hidupnya.

Apa yang membuatnya takut? Dia takut, karena dia merasa tidak ada seorang pun yang membutuhkan kakek tua sepertinya di dunia luar. Tidak teman, tidak keluarga, tidak juga orang lain. Saat dia keluar dari penjara, Brooks berusaha memulai hidup barunya. Pemerintah memberinya tempat tinggal dan juga pekerjaan di sebuah swalayan. Pekerjaan Brooks adalah memasukkan belanjaan ke kantung belanja. Tapi karena usianya yang renta, bahkan pekerjaan sesederhana itu saja, sangat sulit dia lakukan. Setiap kali dia hendak ke toilet, dia selalu ijin ke supervisornya, sampai dia harus diingatkan, kalau dia tidak perlu ijin, jika hanya ingin ke toilet. Kenapa Brooks selalu ijin? Karena nyaris seumur hidupnya, Brooks selalu harus melaporkan segala gerak-geriknya. Itulah penjara.

Sampai suatu ketika dia menyerah, dan memilih untuk menggantung dirinya sendiri di apartementnya. Dengan sebelumnya menulis di dinding; BROOKS WAS HERE. Sebagai tanda, bahwa dia pernah berada di sana.

Kenapa Brooks sampai bunuh diri? Menurut saya sebagai penonton, adalah karena dia tidak merasa dibutuhkan, dan adalah karena dia merasa tidak membutuhkan apa-apa lagi. Di dalam penjara, walau pun terkurung, Brooks punya pekerjaan sebagai penjaga perpustakaan penjara, dan dia selalu menghabiskan waktu luangnya untuk membaca. Dan yang terpenting, adalah bahwa kehadirannya dihargai oleh orang lain. Dia merasa dibutuhkan. Apa yang dialami Brooks begitu ironis, ketika kebebasan justru mampu membuat seseorang merasa dipenjarakan.

Lalu, buat apa kita berjanji untuk hidup bersama sampai maut memisahkan, dengan seseorang yang bahkan kita tahu, kita bisa hidup tanpanya dengan baik, seseorang yang tidak pernah membuat kita berhasil untuk sekedar berpikir; takut kehilangannya? Itu kenapa, rasa saling membutuhkan, dan rasa saling ingin memiliki terkadang jauh lebih penting dari cinta itu sendiri. Bagi saya seperti itu. Cinta, tidaklah lebih tinggi derajatnya dari iman dan rasa saling membutuhkan.

Dibutuhkan, dan membutuhkan sesuatu, adalah kebutuhan manusia setelah bernapas dan makan. Agar bisa tetap bertahan hidup.

***


Membenci, adalah cara mengingat-ingat yang paling buruk. Coba saja.
(fa)

Saya pernah membenci seseorang dengan begitu kuat, tapi yang terjadi justru saya semakin merindukannya. Rasa rindu itu kemudian membuat saya terlihat begitu lemah di mata diri saya sendiri, itu yang kemudian malah membuat saya, justru jadi jauh lebih membenci diri saya sendiri. Ironis.

Detik itu saya tahu bahwa saya masih mencintai pria ini. Dan saya belum rela berhenti untuk merindukannya. Maka saya pun memilih untuk berhenti berusaha membencinya. Tidak akan adamove on yang bisa didapat lewat jalan itu, percayalah. Kamu hanya akan semakin rindu dan semakin rindu. Lalu semakin merasa buruk dengan dirimu sendiri.

Saya tidak mengerti kenapa cinta mampu membuat sesuatu yang sangat sederhana, menjadi begitu rumit untuk dijalani. Seperti sesederhana mengetik kalimat ‘Apa kabar?’, tapi dua kata yang  ingin kamu tujukan kepada mantanmu, ribuan kali kalimat itu kamu ketik, lalu kamu hapus. Kamu ketik, lalu kamu ubah kembali bunyinya. Kamu ketik, lalu lagi-lagi berakhir di kotak draft. Kamu ketik, lalu justru terkirim dengan bunyi; tes.

Hahaha.. betapa rumitnya ya kalimat ‘Apa kabar’. 8’))))))

Beberapa waktu kebelakang saya juga sempat memikirkan tentang seberapa besar ego mampu merugikan kita yang sedang jatuh cinta. Saya rasa cinta yang baik memang hanya ditujukan untuk mereka yang telah cukup dewasa untuk mengontrol ego yang ada di dalam diri mereka sendiri. Manusia yang memiliki ego tinggi seperti saya memang akan cenderung menelan cinta-cinta yang sulit. Begitu juga kamu yang memiliki ego tinggi, yang ketika mencemaskan seseorang yang pernah kamu sayangi, lebih mampu memilih diam dibanding menyisihkan ego untuk mengirim pesan; apa kamu baik-baik saja?

Saat ego jauh lebih besar dibanding kekhawatiranmu akan seseorang; so, don’t be dare to called yourself 'A GOOD LOVER'. Seperti kalimat yang sudah sering saya tulis, bahwa cinta itu bukan soal mencintai hal-hal yang kamu sukai (karena semua orang bisa melakukannya), tapi juga soal bersedia menerima dengan sepenuh hati, apa-apa yang sebelumnya adalah hal yang tidak bisa kamu terima. Maka ketika kamu bahkan belum bisa menyisihkan egomu untuk sekedar mengedepankan rasa pedulimu pada seseorang yang sedang kamu sayangi, cintamu adalah kekosongan semata.

Jadi jangan pernah sekali-kali kamu berani menyatakan kamu menyayangi atau mencintai seseorang, ketika kamu bahkan masih doyan memanjakan egomu. Cinta yang kekanak-kanakkan hanya akan menyakiti lebih banyak orang. Tidak baik, membiarkan oranglain jatuh cinta padamu dengan cara seperti itu. Jatuh cintalah, ketika kamu tahu, bahwa kamu akan mencintai orang itu dengan cinta yang baik dan sederhana. :)



#from falafu :)

Baca Selengkapnya ....

HARUKI MURAKAMI

Posted by Unknown Wednesday, May 7, 2014 0 komentar
Saat kamu tengah sendirian, maksud saya sendirian dalam arti yang sangat sepi. Hanya ada kamu dan udara di sekitarmu, hanya ada kamu dan ruang yang lapang di kepalamu, hanya ada kamu dan kenangan-kenangan yang berlari-lari kecil dengan riang di taman, hanya ada kamu dan dirimu sendiri—juga cerita benci & cinta yang belum usai. Maka kamu pun akan memutar kembali ingatanmu ke masa-masa yang sangat ingin atau mungkin sangat tidak ingin kau beri kesempatan muncul. Dan Bum! Maka mereka memelukmu begitu saja, begitu erat hingga kau bahkan dapat mendengar detak jantungmu sendiri.

Kemarin saya berkenalan dengan seorang anak kecil berusia 7 tahun yang diciptakan oleh seorang Neil Gaiman dalam bukunya The ocean at the end of the lane yang berujar; Orang dewasa tidak seharusnya menangis, aku tahu. Mereka tidak punya Ibu yang bisa menghibur mereka. Dan saya pun tersenyum kecil saat membacanya. Kalimat itu sangat jenius, sesederhana itulah mungkin memang yang ada di kepala seorang anak kecil. Lalu di lain kesempatan saat ia dimarahi sang Ayah sampai menangis ketakutan, ia pun berteriak pada Ayahnya; Apakah membuat seorang anak kecil menangis, mampu membuatmu merasa hebat?


Orang dewasa memang tidak seharusnya menangis dan orang dewasa memang tidak semestinya membuat seseorang lain menangis. Karena ia telah dewasa, ia seharusnya mampu menyimpansedih dan amarahnya dengan bijaksana, lalu dikeluarkan untuk hal-hal yang perlu saja. Walau pun mungkin orang dewasa masih memiliki ibu dan ayah yang mampu menghibur mereka, tapi dewasa berarti sudah punya kemampuan untuk mencari cara agar tidak membuat cemas ayah dan ibu.


Banyak yang bilang menjadi dewasa itu tidak sederhana. Tapi nyatanya dewasa hanyalah soal mencoba berhenti untuk hanya berpikir tentang diri sendiri seorang saja. Mulai mencoba melihat keberadaan orang lain, tidak hanya melihat keberadaan diri sendiri saja. Dan sesungguhnya itu tidaklah serumit yang coba kita pikirkan selama ini. Karena pendewasaan adalah proses yang mungkin akan kita jalani seumur hidup kita, maka berhentilah berpikir bahwa diri kita lebih dewasa dari diri orang lain. Karena kedewasaan tidak pernah akan hadir pada diri yang selalu merasa hebat. Lebih hebat, lebih kuat, lebih segalanya hanyalah ada di pikiran anak kecil. Anak kecil selalu merasa dirinya lebih besar dan kuat dari usianya. Manusia dewasa akan mampu menjadi besar tanpa membesar-besarkan masalah. Manusia dewasa akan mampu menjadi besar tanpa hobi mengecilkan hidup orang lain.


Mungkin beberapa orang ada yang begitu beruntung seperti saya, karena pernah mengalami kehilangan dan beberapa kekecewaan besar. Pernah dibohongi dan dilukai yang tidak sederhana. Sehingga kami mampu menemukan lebih awal; bahwa hidup memang tidak diciptakan untuk mereka yang pandai mengeluh, yang hobi marah, yang dengan mudahnya meninggalkan kekecewaan dihati orang lain, dan suka menyepelekan luka yang pernah dijalani seseorang.
Tapi mereka hanyalah sedang berproses, yakinlah, tidak akan ada manusia yang hidup tanpa pernah merasa kehilangan atau disakiti. Kelak mereka pun akan memahaminya—dengan jalannya sendiri. Itu kenapa kita tidak perlu melelahkan diri kita sendiri untuk selalu mengingat kebencian dan luka yang pernah ditinggalkan orang lain. Karena apa yang telah terjadi, adalah sesuatu yang darinya kita hanya perlu berlajar dan memahami, bukan sesuatu yang mampu kita hapus atau kita anggap tidak pernah terjadi. Mengingatnya sesekali boleh, tapi jangan sampai kita membiarkan mereka memakan seluruh isi hati kita yang tidak bersalah.


Tidak ada kalimat yang sempurna, seperti tidak ada keputusan yang sempurna. Dan saya rasa, pun tak ada manusia yang mampu sempurna memaafkan dan melupakan. Tetapi, biarkan segala yang masih tersisa tinggal menjadi harta karun yang justru membuat diri kita sendiri semakin kaya. :)



Baca Selengkapnya ....

HAKUNA MATATA : YOU FILLED MY CUP

Posted by Unknown 0 komentar
Kalau saja kau tahu, bahwa aku tidak pernah mengharapkanmu mampu mengerti aku, terkadang aku hanya perlu kau peluk dalam diam. Diammu bukan berarti kau tak peduli, tapi kau tengah mencoba meredam inginmu sendiri untuk dimengerti, bahwa kau berani memberiku ruang untuk menangis saja, tanpa mendengar kalimat; seharusnya kamu begini. Atau mendengar janji; aku tidak akan kemana-mana. Kau tahu, manusia terkadang bicara tanpa mampu menanggung konsekuensinya, dan aku tidak perlu pria yang demikian untuk ada di sisiku.


Bukan berarti aku tidak pernah berbohong dalam hidupku sendiri. Aku adalah perempuan yang banyak bicara, tapi aku sangat sedikit mengungkapkan siapa diriku yang sebenarnya. Banyak cerita di masa yang lalu, yang membuatku seolah memiliki banyak rahasia dengan diriku sendiri. Kamu tahu kan, saat pertama kali aku mendengarmu bicara padaku, kalau kau menyayangiku, aku hanya bisa diam dan mendiamkanmu dalam sepi yang lama. Bukan berarti aku tidak bahagia detik itu, terkadang kebahagiaan yang teramat dan menyergap hatimu dengan tiba-tiba, membuatmu begitu takut jatuh, seolah kau sedang berdiri di tepian jurang. Kau bisa mundurkan langkahmu, kembali mendiami dunia yang sama, atau kau bisa melompat ke dalamnya, lalu jatuh ke dalam lautan, dan menemukan dirimu sendiri kalau ternyata kau mampu bernapas di dalamnya. Ternyata lautan itu, adalah dunia yang sudah sejak lama menantimu. Cinta adalah sesuatu yang perlu keberanian untuk menerimanya, bukan hanya sesuatu yang perlu keberanian untuk menyatakannya.


Untuk beberapa perempuan, mereka ingin pergi hingga ke ujung dunia. Tapi bagiku, di mana pun aku berada aku bisa melihat bintang-bintang yang sama indah dan aku bisa selalu merasakan angin yang sama sejuk--selama itu aku nikmati bersamamu. Bukan berarti aku tak ingin pergi ke sana dan ke sini. Tapi aku sudah menemukan banyak hal yang membuatku tidak lagi berpikir itu adalah hal yang sangat ingin aku lakukan. Aku lebih ingin memiliki sebuah rumah kecil dengan halaman yang luas, dan membesarkan anakku menjadi seseorang yang tidak takut untuk berdiri di mana pun Tuhan kelak memberinya hidup. Karena dia menerima cukup sayang dari ayah ibunya.


Kau adalah pria yang baik, yang bahkan mampu membuatku berpikir bahwa aku tak cukup special untuk kau banggakan. Di setiap sela jemarimu, saat kau menggenggamku agar tetap ada di tepian yang aman, aku tahu kau selalu mencoba membuatku menjauh dari kekhawatiran. Bahwa ada seseorang yang akan menjadi kedua mata lain di balik pundakku, yang tidak akan membiarkan sesuatu melukaiku dari arah yang tak bisa kujangkau.

Kau tahu aku menyayangimu, sesederhana caramu mencium telapak tangan ibumu setiap kali kalian harus berpisah.

Dan seperti yang kerap kau katakan; kau menyayangiku, sesederhana caraku bertanya; seberapa lebar senyummu hari ini?

Dan di setiap kali aku bilang padamu, bahwa hari ini aku begitu merindukan ibuku. Kau akan mengatakan; bahwa rindu itu berarti berani menunggu hingga suatu hari kalian bisa bertemu kembali.


Dan kau akan marah setiap kali aku memintamu untuk berhenti membuatku menyangimu. Kau bilang; kau punya segala hak untuk tidak mencintaiku kembali, tapi tidak untuk membuatku berhenti mencintaimu.


Bukankah ini lucu, kalau aku selalu tersenyum di sepanjang aku menulis? :) :*



re post from: falafu.. fufufufu :) :)

Baca Selengkapnya ....
Template by Berita Update - Trik SEO Terbaru. Original design by Bamz | Copyright of HARUKI MURAKAMI.